Ketua Umum Taruna Muslim, Al-Ustadz Alfian Tanjung menilai
kasi penggerebekan dan penangkapan terhadap tertuduh teroris hanyalah drama
film yang didasari pesanan negara-negara Imperialis, demi mendapatkan ketenaran
dan bantuan dana.
“Yang terjadi adalah sinetron berseri antara antara Densus 88 dan BNPT dalam
rangka menjalankan titah sang majikan yakni Amerika dan Australia, karena
dengan itu mereka akan dapat pamor dan donor ratusan milyar tiap tahunnya,”kata
Alfian kepada kiblat.net menanggapi aksi penembakan yang dilakukan Densus 88 di
sejumlah daerah, Jakarta, Senin (13/5/2013)
Lanjutnya, kondisi kian diperkeruh dengan adanya upaya mencari perhatian dari
detasemen-detasemen anti teror lainnya di tubuh militer untuk mendapatkan
bagian dan peran pula dalam penanganan terorisme di Indonesia.
“Hal ini juga diperparah dengan unjuk “Cari Muka” dari Den 81 Gultor Kopassus,
Den Bravo Paskhas dan Den Jaka Marinir, karena ingin mendapatkan Gizi Ratusan
Milyar tersebut, dengan cara mengadakan Latihan Penanggulan Teroris
bersama,”beber Alfian.
Alfian juga menjelaskan bahwa Densus 88 dalam setiap operasi pengumpulan data
intelijennya mendapat kompensasi yang cukup besar. Oleh karena, itu menurutnya
terorisme disburkan pula oleh Densus 88.
“Ini data A-1, untuk 1 laporan intelejen Densus dapat ongkos 15 juta rupiah,
diluar dana operasionalnya. Skemanya ada tim kontra intelejen yang melahirkan
sel-sel baru agar generasi teroris bari tetap “Ready Stock”. Ada teroris ada
uang,” tandasnya.
Seperti diketahui, Densus 88 kembali melakukan penggerebekan dan penangkapan
terhadap orang-orang yang dituduh sebagai teroris. Penangkapan dilakukan di
wilayah Bandung, Jawa Barat, Batang, Kendal. Jawa tengah, Ciputat, dan
Lampung. Dari penangkapan itu sebanyak 8 orang terbunuh ditembak dan sekitar 16
orang ditahan hidup-hidup. (kiblat.net/antidensus88at.blogspot.com)
“Yang terjadi adalah sinetron berseri antara antara Densus 88 dan BNPT dalam rangka menjalankan titah sang majikan yakni Amerika dan Australia, karena dengan itu mereka akan dapat pamor dan donor ratusan milyar tiap tahunnya,”kata Alfian kepada kiblat.net menanggapi aksi penembakan yang dilakukan Densus 88 di sejumlah daerah, Jakarta, Senin (13/5/2013)
Lanjutnya, kondisi kian diperkeruh dengan adanya upaya mencari perhatian dari detasemen-detasemen anti teror lainnya di tubuh militer untuk mendapatkan bagian dan peran pula dalam penanganan terorisme di Indonesia.
“Hal ini juga diperparah dengan unjuk “Cari Muka” dari Den 81 Gultor Kopassus, Den Bravo Paskhas dan Den Jaka Marinir, karena ingin mendapatkan Gizi Ratusan Milyar tersebut, dengan cara mengadakan Latihan Penanggulan Teroris bersama,”beber Alfian.
Alfian juga menjelaskan bahwa Densus 88 dalam setiap operasi pengumpulan data intelijennya mendapat kompensasi yang cukup besar. Oleh karena, itu menurutnya terorisme disburkan pula oleh Densus 88.
“Ini data A-1, untuk 1 laporan intelejen Densus dapat ongkos 15 juta rupiah, diluar dana operasionalnya. Skemanya ada tim kontra intelejen yang melahirkan sel-sel baru agar generasi teroris bari tetap “Ready Stock”. Ada teroris ada uang,” tandasnya.
Seperti diketahui, Densus 88 kembali melakukan penggerebekan dan penangkapan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai teroris. Penangkapan dilakukan di wilayah Bandung, Jawa Barat, Batang, Kendal. Jawa tengah, Ciputat, dan Lampung. Dari penangkapan itu sebanyak 8 orang terbunuh ditembak dan sekitar 16 orang ditahan hidup-hidup. (kiblat.net/antidensus88at.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar