Islam Bukan Teroris, Islam adalah Agama Rahmat bagi Semesta Alam

" Dan tiada Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam ".
[Qs. Al-Anbiyaa' 21: 107]

“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi ”.
[QS. Ali 'Imran: 85].


My Impiration

Assalamualaikum

http://dl5.glitter-graphics.net/pub/2192/2192095h1ds617ai7.gif


Sabtu, 17 Agustus 2013

Al-Habib Dr. Muhammad Rizieq Syihab, Lc, MA: BUBARKAN DENSUS 88!!!

Jakarta – FPI: Berbagai peristiwa dan masalah di negeri ini semakin tidak jelas arahnya, sehingga menimbulkan rasa cemas dan tidak aman bagi masyarakat. Polisi yang seharusnya menjadi alat pelindung bagi bangsa dan negara kini malah menjadi momok bagi masyarakat. Khususnya dalam isu terorisme, aparat kepolisian kini makin brutal dan bertindak serampangan. Hanya dengan alasan mengatasi masalah terorisme, aparat mengacak-acak ketentraman hidup masyarakat khususnya umat islam.
Mestinya aparat lebih hati-hati dalam bertindak, karena selama ini telah terjadi banyak pelanggaran yang dilakukan oleh satuan tugas Detasemen khusus 88 (Densus 88).  Bahkan korps yang berlambangkan burung hantu tersebut sudah bertindak diluar aturan, sehingga banyak nyawa umat Islam yang melayang akibat tindakan brutal dan kesewenang-wenangan dalam melaksanakan tugas. Seperti peristiwa pembunuhan dua orang di depan Masjid di Makassar, yang dituding sebagai terduga teroris jaringan Poso.
Belakangan ini kepolisian Poso Sulawesi Tengah sangat represif terhadap warga masyarakat dalam menjalankan tugas. Aparat membuat kesalahan fatal, belasan warga menjadi korban salah tangkap di desa Kalora dan Tambarana, kemudian sebagian besar dari mereka diperlakukan dengan cara yang tak manusiawi oleh satuan Brimob. Para korban disiksa hingga babak belur yang ternyata mereka tidak bersalah dan setelah itu dibebaskan begitu saja oleh aparat, karena tak terbukti sebagai bagian kelompok sipil bersenjata yang menyerang dan menewaskan empat personil Brimob di Poso.
Beruntung belasan warga yang ditangkap tersebut tidak langsung di tembak mati di tempat dengan alasan sebagai anggota jaringan teroris. Bayangkan sudah berapa banyak umat islam yang mati dengan tuduhan terlibat teroris tanpa ada proses hukum, kesempatan membela diri, bahkan bila ada yang ikut membela atau bersaksi atas korban tuduhan aparat tersebut, maka akan di klaim juga menjadi bagian kelompok teroris. Sungguh menyedihkan. Bila fenomena ini terus terjadi, bisa saja suatu saat ada seorang pak haji sedikit berjenggot yang lurus memegang aturan agamanya, tiba-tiba tewas di-DOR! kepalanya karena dituduh aparat sebagai jaringan teroris, padahal sebenarnya tidak.
Ia tewas sia-sia tanpa sempat membela diri dan tidak diberi kesempatan berbicara. Skenario aparat berikutnya adalah mendatangi keluarga korban tak berdosa dan mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikan, korban adalah anggota teroris yang diincar aparat tapi selama ini bertindak tanpa diketahui anggota keluarganya. Keluarga yang kaget dengan fakta dari aparat, tentu akan setuju untuk melaksanakan tes DNA sebagai prosedur kerja. Akhirnya keluarga yang putus asa ini menerima apa pun keputusan atau perintah aparat, karena bila mereka menolak, tentu keadaan semakin membahayakan untuk mereka. Maka berhasillah aparat menetapkan satu tersangka “jadi-jadian” teroris yang siap untuk diungkap di media lokal maupun internasional. Bisa dibayangkan keamanan umat islam diujung tanduk bila pola kerja aparat terus seperti ini atau bahkan lebih buruk dari saat ini.
Oleh karenanya, Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab, mempertanyakan fungsi aparat kepolisian di Poso, Sulawesi Tengah, karena kondisi keamanan di wilayah itu semakin tidak menentu. "Apa fungsi Polda Sulteng dan jajarannya sehingga berbagai permasalahan baik di Poso maupun di ibukota propinsi tidak pernah kunjung selesai", tanya Habib Rizieq, Sabtu 23 Shafar 1434/ 5 Januari 2013.
Habib Rizieq memberitahukan bahwa DPD FPI Sulawesi Tenggara dan DPW FPI Poso sudah turun ke jalan di Kota Palu dan Poso. FPI mengajukan beberapa tuntutan diantaranya mempertanyakan keberadaan Polda Sulteng yang dirasa tidak menyelesaikan masalah.
Menyangkut tindakan brutal aparat Brimob yang salah tangkap terhadap warga tak berdosa, FPI mendesak agar Polri mengambil proses hukum yang tegas dengan mencopot oknum polisi yang melakukan tindakan gegabah tersebut. "Proses hukum yang tegas dan copot anggota Polri yang melakukan penganiayaan terhadap warga salah tangkap atas tuduhan teroris", kata Habib.
FPI juga meminta Kapolri Jenderal Timur Pradopo supaya mencopot Kapolda Sulawesi Tengah yang dinilai tidak becus mengatasi dan menyelesaikan persoalan keamanan di wilayah Sulteng. Sementara atas rencana Polri mengirimkan kembali aparat ke Poso, FPI dengan tegas menolak. FPI malah menyarankan agar pasukan yang berada di Poso segera ditarik kembali. "Stop pengiriman Pasukan ke Poso dan tarik pasukan yang ada kembali ke kesatuannya sehingga Sulteng dapat mengendalikan keamanan dengan baik", lanjut Habib.
FPI tetap konsisten menyerukan agar Detasemen Khusus anti Teror 88 (Densus 88) segera dibubarkan. Sudah berapa banyak nyawa umat Islam melayang akibat kebrutalan korps berlambang burung hantu ini, keberadaannya hanya untuk membunuhi umat Islam belaka. "BUBARKAN DENSUS 88 !!!", desak Habib Rizieq.
Kalau keadaannya tetap seperti ini, hubungan antara aparat dan Umat Islam nantinya akan semakin meruncing. Bisa jadi, hal ini sengaja dilakukan aparat sebagai bagian dari skenario “BABAT RUMPUT” terhadap umat Islam yang dinilai aparat masuk kategori garis keras atau radikal.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar